JAKARTA, KOMPAS — Harga minyak kembali jatuh mendekati 20 dollar AS per barel. Meski mencoba rebound seiring terbitnya langkah Bank Sentral Eropa dalam penanggulangan pandemi Covid-19, Kamis (19/3/2020) pagi waktu Indonesia, kejatuhan harga minyak masih membayangi dan dapat terjadi lagi sewaktu-waktu.
Pada saat yang sama, nilai tukar rupiah melemah dan mendekati Rp 16.000 per dollar AS. Menurut pengajar di Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti, Pri Agung Rakhmanto, di Jakarta, kemarin, situasi harga minyak dunia saat ini bisa dijadikan landasan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan energi dan ekonomi dalam skala lebih luas.
Dalam jangka pendek, pemerintah bisa menurunkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) dan memperbanyak stok minyak mentah. ”Namun, lantaran rupiah turut terdepresiasi terhadap dollar AS, dampak positif turunnya harga minyak terasa kurang maksimal bagi Indonesia,” ujarnya.
Pada Kamis dini hari waktu Indonesia, harga minyak mentah AS (WTI) turun 20 persen ke level 21,48 dollar AS per barel, terendah sejak Februari 2002. Adapun harga minyak mentah Brent turun 12 persen ke level 25,25 dollar AS per barel dan mendekati level terendah pada 2003 yang tercatat 24,72 dollar AS per barel.
Pada awal tahun ini, harga minyak mentah masih berada di level 65 dollar AS per barel dan nilai tukar rupiah mencapai Rp 13.500 per dollar AS. Sejak saat itu, harga minyak terus turun. Penurunan ini seiring merebaknya wabah Covid-19 dan langkah penambahan produksi minyak oleh anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang dipimpin Arab Saudi.
Sejak harga minyak merosot di awal tahun, Pertamina merespons dengan menurunkan harga jual BBM nonsubsidi jenis pertamax. Pertamina tercatat dua kali menurunkan harga jual BBM jenis pertamax (gasoline) dan pertadex.
Hitung dampak
Penurunan harga BBM menjadi kurang bermakna saat mobilitas warga dan perekonomian lesu lantaran Covid-19. ”Jadi, perlu dikaji lagi secara saksama (untuk menurunkan harga BBM). Peristiwa ini juga bisa dimanfaatkan untuk keluar dari belenggu subsidi BBM dengan catatan pelaksanaannya harus konsisten,” kata Pri Agung.
Dalam rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (18/3), Presiden Joko Widodo meminta jajarannya menghitung ulang dampak penurunan harga minyak dunia. Dampak itu dikaitkan dengan harga BBM terhadap perekonomian nasional.
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Ego Syahrial mengatakan, berdasarkan aturan, harga jual premium dan solar bersubsidi bisa dievaluasi setiap tiga bulan. Pemerintah belum sampai pada keputusan menurunkan harga BBM atau tidak. Pemerintah akan mencermati perkembangan. ”Intinya, kami ada dalam posisi melindungi daya beli masyarakat lebih dulu,” ujarnya.(AP/REUTERS)
Sumber: Kompas.com. Jumat, 20 Maret 2020.