JAKARTA, KOMPAS — Semua negara, termasuk Indonesia, waspada dan berupaya menghalau dampak kondisi ekonomi China ke perekonomian domestik. Apalagi, China adalah mitra dagang utama Indonesia.
Bagi Indonesia, merebaknya virus korona baru yang bermula di Wuhan, China, menambah faktor risiko eksternal. Situasi ini memengaruhi sebagian besar kegiatan ekonomi di China, yang diperkirakan terasa dampaknya pada triwulan I dan II tahun ini. Situasi ini terjadi bersamaan dengan perayaan tahun baru China yang menjadi momentum untuk mendorong pertumbuhan ekonomi China.
”Risiko (yang kini muncul) tidak terduga dan sangat volatile sehingga semua negara wajib mewaspadai dan menyiapkan instrumen kebijakan apabila ingin ekonomi tetap tumbuh tinggi,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Jakarta, Selasa (28/1/2020).
Rilis terbaru Dana Moneter Internasional (IMF), pekan lalu, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini 6 persen. Proyeksi ini lebih baik 0,2 persen dibandingkan rilis pada akhir 2019 karena sinyal positif dari perang dagang Amerika Serikat-China.
Sri Mulyani menyebutkan, penyebaran virus korona berdampak terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi China yang berpotensi menekan permintaan China terhadap ekspor Indonesia. Bank Pembangunan Asia (ADB) menyebutkan, setiap 1 persen pelemahan ekonomi China akan menurunkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar 0,2 persen.
”Indonesia akan terus membaca potensi pertumbuhan ekonomi dan menjaga titik rawan yang dapat menimbulkan spill over dalam perekonomian domestik,” kata Sri Mulyani.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ekspor nonmigas Indonesia ke China pada 2019 sebesar 25,852 miliar dollar AS atau 16,68 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia. Adapun impor nonmigas Indonesia dari China pada 2019 senilai 44,578 miliar dollar AS atau 29,95 persen dari total impor nonmigas Indonesia.
Sementara, data Badan Koordinasi Penanaman Modal menyebutkan, realisasi investasi China di Indonesia pada Januari-September 2019 sebesar 3,313 miliar dollar AS pada 1.619 proyek. Nilai ini nomor dua terbesar setelah Singapura, yang sebesar 5,38 miliar dollar AS pada 4.955 proyek.
Secara terpisah, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita yang ditanya soal dampak virus korona baru terhadap kinerja ekspor Indonesia ke China menjawab, sejauh ini ia memperkirakan belum ada pengaruhnya; meskipun sudah ada yang mengkhawatirkan perekonomian China melemah signifikan akibat virus ini.
Pasar saham
Virus korona baru yang merebak di China dan sudah masuk ke sejumlah negara mulai membuat cemas investor pasar saham dalam negeri. Kondisi itu tecermin dari pergerakan harga saham yang tertahan pada perdagangan dua hari beruntun di Bursa Efek Indonesia.
Bursa saham lain di ASEAN juga ada pada zona merah sepanjang Selasa (28/1). Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan ditutup pada level 6.111,184 atau merosot 0,359 persen.
Kepala Riset Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan, prospek pertumbuhan ekonomi yang masih melambat serta penyebaran virus korona baru memantik kekhawatiran investor pasar modal. Investor cemas apabila penyebaran virus itu bakal seperti virus SARS yang mewabah 17 tahun lalu.
”Kekhawatiran investor kian tumbuh terhadap prospek perlambatan ekonomi dan mengingatkan kembali akan dampak dari virus SARS, 17 tahun silam,” ujarnya.
Sumber: Kompas. Rabu, 29 Januari 2020.