MINYAK DAN GAS BUMI: Dua Belas Proyek Diandalkan

JAKARTA, KOMPAS–Pemerintah mengandalkan 12 proyek hulu minyak dan gas bumi untuk menambah produksi pada tahun ini. Kedua belas proyek itu ditargetkan dapat menghasilkan 7.200 barel minyak per hari dan gas 520 juta standar kaki kubik per hari.

Tahun lalu, target produksi minyak dan gas bumi tidak tercapai.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, ada potensi penambahan produksi siap jual  (lifting)  minyak dan gas bumi pada 2020. Beberapa wilayah kerja migas pada tahun ini sudah memasuki tahap produksi.

Selain wilayah kerja baru, penambahan produksi juga diperoleh dari hasil pengembangan wilayah kerja migas yang lama.

“Dalam beberapa tahun terakhir, lifting  migas terus turun. Penyebabnya, sumur-sumur minyak yang ada usianya sudah tua dan produktivitasnya menurun. Kami berharap ada penambahan produksi lewat pengembangan sumur yang ada dan dari sumur yang baru,” kata Arifin di Jakarta, akhir pekan lalu.

Ke-12 proyek tersebut berlokasi di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Total investasi untuk seluruh proyek 1,4 miliar dollar AS atau sekitar Rp 19 triliun. Adapun kapasitas produksi secara keseluruhan diperkirakan 7.200 barel minyak per hari dan gas 520 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

Dari seluruh proyek itu, Lapangan Merakes di Blok East Sepinggan, Kalimantan Timur, merupakan salah satu lapangan dengan produksi gas terbesar, yaitu 360 MMSCFD.

Penerapan metode pengurasan minyak tingkat lanjut (enhanced oil recovery/EOR) juga akan dilakukan pada tahun ini. EOR menggunakan metode penyuntikan air atau dengan bahan kimia agar minyak dapat terangkat keluar. Cara ini lazim ditetapkan pada sumur-sumur tua yang produktivitasnya menurun.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, tahun ini ada dua proyek penerapan OER berupa uji coba dan kajian. Uji coba penerapan EOR akan diterapkan pada lapangan Sago, Gemah, Jatibarang, dan Tanjung, yang dikelola PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero). Adapun kajian EOR bakal diterapkan di lapangan Pedada di Riau dan Kaji-Semoga di Sumatera Selatan.

“Tidak dipungkiri, terjadi penurunan produksi migas. Akan tetapi, kami berusaha sekuat tenaga agar tingkat penurunannya tidak membesar. Seiring mulai beroperasinya proyek-proyek besar di beberapa tahun mendatang, diharapkan produksi migas meningkat mulai 2027,” kata Dwi.

Sepanjang 2019,  lifting  minyak Indonesia 746.000 barel per hari atau kurang dari target yang sebanyak 775.000 barel per hari. Adapun  lifting  gas bumi 2019 sebanyak 1,06 juta barel setara minyak per hari atau di bawah target yang sebanyak 1,25 juta barel setara minyak per hari.

Tahun ini, target  lifting  minyak adalah 755.000 barel per hari dan gas bumi 1,191 juta barel setara minyak per hari. Pemerintah menargetkan produksi minyak 1 juta barel per hari pada 2030.

Pesimistis
Dalam rapat dengar pendapat dengan SKK Migas pada pekan lalu, anggota Komisi VII DPR, Abdul Wahid, mengaku pesimistis target produksi minyak 1 juta barel per hari di 2030 dapat tercapai. Ia berkaca pada produksi migas yang terus merosot dalam beberapa tahun terakhir. Begitu pula dengan realisasi survei seismik untuk mencari sumber cadangan baru yang tak mencapai target pada 2019.

“Sangat disayangkan produksi migas terus menurun. Di tengah kondisi seperti itu, masih diperburuk dengan pencurian minyak secara ilegal yang mencapai 20.000 barel per hari. Dengan target survei seismik yang tak tercapai pada 2019, saya pesimistis 1 juta barel minyak per hari bisa dicapai di 2030,” kata Wahid.

Berdasarkan data SKK Migas, pada 2019 ditemukan sumber cadangan migas baru dari 16 proyek di seluruh Indonesia. Cadangan baru minyak yang ditemukan sebanyak 384 juta barel dan gas bumi sebanyak 4,54 triliun kaki kubik. Temuan terbesar ada di Blok Sakakemang di Sumatera Selatan sebesar 327 juta barel setara minyak. (APO)

 

KOMPAS, 20012020 Hal. 13.
Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.