PALEMBANG, KOMPASProyek pembangunan konstruksi kereta api ringan di Palembang, Sumatera Selatan, sudah dimulai. Proyek itu menjadi satu dari sejumlah sarana yang disiapkan untuk menyelesaikan ancaman kemacetan total yang diprediksi akan terjadi di Palembang pada 2019-2020. Oleh karena itu, moda transportasi ini diharapkan dapat dioperasikan tepat waktu, yakni Juni 2018.
Pembangunan kereta api ringan (light rail transit/LRT) sepanjang 22,5 kilometer dengan rute Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II hingga kawasan Jakabaring dimulai sejak November 2015. Saat ini proyek sudah pada tahap pelaksanaan konstruksi yang dikerjakan PT Waskita Karya.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dalam kunjungan kerjanya di Palembang, Sabtu (9/1), memantau pembangunan konstruksi LRT. Menurut Jonan, pembangunan LRT harus dapat diselesaikan tepat waktu untuk menjawab kebutuhan transportasi perkotaan sekarang ini.
Untuk itu, lanjut Jonan, diperlukan koordinasi antara pihak- pihak terkait agar segala sesuatu yang menjadi penghambat dapat dituntaskan. Sesuai Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Pembangunan LRT, diharapkan hingga akhir 2016 konstruksi dapat mencapai 70 persen.
Pantauan Kompas di sejumlah titik menunjukkan, proyek bernilai Rp 7,2 triliun ini pada tahap pemasangan tiang pancang. Pembangunan yang dilakukan di median jalan mempersempit ruas jalan. Pengendara harus melambatkan laju kendaraan mereka.
Gubernur Sumsel Alex Noerdin mengatakan, pembangunan proyek terus berjalan. Namun, dalam pelaksanaannya ada sejumlah penghambat mulai ditemukan. Adanya utilitas bawah tanah, seperti pipa gas, pipa minyak, serat optik, dan kabel bawah tanah, di tiga titik membutuhkan waktu untuk membenahinya. “Kami telah mengoordinasikan permasalahan tersebut sehingga proyek bisa terus berlanjut,” katanya.
Alex mengatakan, komitmen untuk menyelesaikan proyek tepat waktu tidak lepas dari mulai padatnya lalu lintas Kota Palembang, terutama mendekati Asian Games. “Kami berupaya menyediakan infrastruktur sebelum kemacetan total itu terjadi,” katanya. Selain LRT, pembangunan jembatan dan jalan tol menjadi prioritas selanjutnya.
Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan Cris Kuntadi mengatakan, kepadatan di Palembang sudah mulai terjadi sejak tahun 2004, tepatnya pada pergelaran PON XVI. Oleh karena itu, pembangunan LRT ini diharapkan tidak hanya dijadikan fasilitas penunjang untuk pergelaran akbar Asian Games 2018, tetapi juga dapat digunakan untuk fasilitas transportasi massal.
Oleh karena itu, diperlukan pola inter moda trasnportasi untuk memudahkan masyarakat mengakses LRT. Direncanakan dibangun 13 stasiun di tempat- tempat strategis. “Stasiun itu diharapkan dilewati oleh moda transportasi lainnya,” ujarnya.
Pemerintah provinsi pun telah merancang pembangunan stasiun, salah satunya di kawasan Pasar Cinde yang akan direvitalisasi. Bersamaan dengan proyek ini, akan dibangun kereta api bandara yang akan menghubungkan stasiun terdekat dengan bandara. (RAM)
Kompas 11012016 Hal. 22