JAKARTA, KOMPAS — Isu percepatan pemulihan ekonomi menjadi fokus utama pembicaraan dalam Konferensi Tingkat Tinggi G-20 yang berlangsung di Antalya, Turki, 15-16 November. Untuk memacu investasi, terutama di sektor infrastruktur dan manufaktur, partisipasi swasta akan ditingkatkan.
Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro menyatakan hal itu dalam konferensi pers jarak jauh lewat sambungan telepon dari Turki ke kantor Kementerian Keuangan di Jakarta, Selasa (17/11). Tanya-jawab dengan wartawan dilakukan seusai pelaksanaan KTT G-20 tersebut.
Bambang mengatakan, ada dua dokumen penting yang disepakati para pemimpin negara dalam KTT G-20. Dua dokumen itu adalah dokumen yang berisi kesepakatan arah kebijakan G-20 dan dokumen rencana aksi bersama pada masa depan.
“Ada tiga fokus utama dalam leader joint community, yaitu bagaimana mempercepat pemulihan ekonomi global, meningkatkan ketahanan ekonomi global dari terpaan krisis, dan bagaimana menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi global,” kata Bambang.
Untuk memperkuat pemulihan ekonomi global, lanjut Bambang, dalam KTT G-20 disepakati pentingnya komunikasi kebijakan moneter dan konsolidasi fiskal. Strategi implementasi di setiap negara diperkuat untuk mencapai target tambahan pertumbuhan ekonomi global sebesar 2 persen pada 2018.
“Caranya adalah dengan memperbaiki iklim investasi, mendorong pertumbuhan infrastruktur, mengembangkan alternatif pendanaan, serta meningkatkan pelibatan swasta,” kata Bambang.
Reformasi struktural
Lebih lanjut, terkait dokumen kedua yang disepakati dalam KTT G-20, yaitu tentang aksi bersama, Bambang mengatakan, tujuan aksi bersama tersebut adalah untuk memperkuat pemulihan ekonomi global. Rencana aksi tersebut, salah satunya adalah implementasi reformasi struktural, seperti paket kebijakan ekonomi (deregulasi) yang sudah ditempuh Pemerintah Indonesia.
Indonesia, imbuh Bambang, sudah menunjukkan kesungguhannya mendukung kesepakatan-kesepakatan yang dicapai dalam KTT G-20, seperti penyaluran dana desa, peningkatan program pelatihan tenaga kerja, serta penguatan kredit usaha rakyat.
Bambang juga menyinggung pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di sela-sela KTT G-20. Menurut dia, Tiongkok menyatakan komitmennya untuk menaikkan investasi mereka di sektor riil, serta kemungkinan investasi di portofolio.
“Intinya, Tiongkok berkomitmen membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tiongkok akan lebih banyak berinvestasi di bidang infrastruktur dan manufaktur,” kata Bambang.
Selain itu, kata Bambang, Tiongkok juga berkomitmen menambah dukungan likuiditas untuk memperkuat cadangan devisa Indonesia menjadi sekitar 20 miliar dollar AS.
Dihubungi secara terpisah, pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta A Prasetyantoko mengatakan, Indonesia sudah berada dalam jalur yang benar terkait rencana implementasi kesepakatan yang dihasilkan dari KTT G-20 tersebut. Bahkan, sebelum beberapa poin kesepakatan dihasilkan, Indonesia sudah menerapkan terlebih dahulu.
“Saya kira, kebijakan yang diambil Pemerintah Indonesia sudah berada di jalur yang benar, yaitu peluncuran paket kebijakan ekonomi yang sampai sebanyak enam paket tersebut,” kata Prasetyantoko.
Prasetyantoko menambahkan, hal lain yang perlu dilakukan pemerintah adalah dengan merapikan semua paket kebijakan yang sudah diluncurkan itu. Caranya, memastikan bahwa paket kebijakan tersebut diimplementasikan secara lebih rinci. (APO)
Kompas 18112015 Hal. 17