BANDUNG, KOMPAS — Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 10 persen dalam beberapa tahun ke depan. Hal itu dinilai dapat terwujud apabila potensi kekayaan sumber daya alam dikelola secara maksimal dengan memberi nilai tambah.
“Untuk tahun depan mungkin (pertumbuhan ekonomi) bisa mencapai 6 persen. Tapi, ke depan, saya yakin bisa meningkat hingga 10 persen,” ujar Rizal saat menghadiri peringatan 38 Tahun Ikrar Mahasiswa Indonesia Aktivis Gerakan Mahasiswa 1977-1978 di Bandung, Jawa Barat, Selasa (10/11).
Menurut Rizal, Indonesia memiliki empat sektor sumber daya alam yang dapat dimaksimalkan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Keempat sektor tersebut meliputi potensi kekayaan hutan, minyak bumi, perikanan, dan mineral.
Namun, Rizal menilai, selama ini potensi sumber daya alam (SDA) tersebut belum dimaksimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Alhasil, kekayaan alam tersebut lebih banyak dinikmati segelintir orang dan pihak asing.
Pemanfaatan SDA yang berbasis nilai tambah dinilai dapat menjadi solusi. Artinya, produk ekspor tidak lagi hanya fokus pada bahan baku.
Ia mencontohkan, ekspor minyak akan memberi keuntungan yang signifikan apabila Indonesia memiliki banyak kilang minyak sehingga dapat langsung mengelola minyak menjadi bahan bakar. Bahkan, hal itu diyakini dapat menurunkan harga BBM hingga 50 persen.
“Kita jual minyak ke luar negeri. Setelah itu, kita beli lagi dalam produk siap pakai. Harganya melonjak karena ada ongkos kirim dan pajak. Alhasil, negara lain yang justru mendapat banyak keuntungan dari hasil kekayaan alam kita,” ujarnya.
Persoalan lain terjadi dalam pemanfaatan hasil laut, yaitu perikanan. Menurut Rizal, Indonesia memiliki potensi perikanan yang melimpah, terutama di sekitar perairan Maluku. Namun, potensi tersebut belum dimaksimalkan dan justru banyak dicuri nelayan negara tetangga.
Untuk itu, ia mendukung kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang meledakkan kapal pencuri ikan. “Itu langkah bagus untuk memperingatkan para pencuri ikan,” katanya.
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla akan memimpin delegasi Indonesia dalam forum Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), 18-19 November, di Manila, Filipina. Presiden Joko Widodo berhalangan hadir di Manila karena tidak memiliki banyak waktu setelah menghadiri pertemuan G-20 di Turki.
Terkait rencana itu, Kalla menggelar pertemuan dengan Menteri Perdagangan Thomas Lembong dan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa. “Kami akan memperjuangkan kepentingan nasional di APEC. Kami ingin memperjuangkan terciptanya sistem perdagangan yang adil, peningkatan usaha kecil menengah, dan kerja sama bilateral perdagangan yang saling mendukung,” papar Kalla seusai pertemuan itu.
Sementara itu, Retno LP Marsudi mengatakan, Indonesia akan mengusung tiga isu besar di APEC. Isu yang dimaksud terkait dengan upaya untuk memperjuangkan development goods (produk yang mendukung program berkelanjutan) dalam pembahasan utama, kerja sama infrastruktur, dan kerja sama maritim. (TAM/NDY)
Kompas 11112015 Hal. 18