Investasi : Modal Asing Masih Masuk ke Indonesia

JAKARTA, KOMPAS — Di tengah pelambatan perekonomian Tiongkok dan kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, The Fed, yang diperkirakan tidak lama lagi, Indonesia tetap menarik bagi penanaman modal asing secara langsung. Penerapan sejumlah program kebijakan Pemerintah Indonesia untuk menahan laju pelambatan pertumbuhan dan membangkitkan perekonomian domestik, memberi kepastian bagi investor global.

Sepanjang 2014, penanaman modal asing (PMA) ke Indonesia mencapai 23 miliar dollar AS atau tumbuh sekitar 20 persen dalam setahun. Tingkat pertumbuhan itu di atas Singapura dan Vietnam, yang masing-masing sebesar 4 dan 3 persen. Adapun PMA di Malaysia dan Thailand justru turun, masing-masing 11 dan 10 persen.
Paparan ekonomi tim riset Bank ANZ Indonesia, di Jakarta, Kamis (5/11), mengupas soal PMA di Indonesia dengan tema “The Fed, China and Capital Flows-Implications for Indonesia?”. Tampil sebagai pembicara adalah Global Head of Financial Markets Research ANZ Richard Yetsenga, Senior Rates Strategist Asia ANZ Kumar Rachapudi, China Markets Strategist ANZ David Qu, dan Head of Markets Bank ANZ Indonesia Sonny Samuel. “Indonesia masih menarik menjadi tujuan PMA pada saat negara-negara lain tetap, bahkan turun,” kata Kumar.
Kumar menyatakan, peluang itu dapat menjadi modal bagus di tengah tekanan perekonomian Indonesia. Akselerasi melalui berbagai kebijakan pemerintah diharapkan dapat menahan penurunan ekonomi Indonesia di tengah tekanan ekspor yang turun. Ekspor ke India merupakan satu-satunya yang positif.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan dipengaruhi transformasi ekonomi Tiongkok menjadi ekonomi yang berorientasi pada konsumsi, penurunan harga komoditas, serta ketidakjelasan langkah bank sentral AS, The Fed, terkait suku bunga. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan tetap melambat hingga 6,8 persen pada 2015 dan 6,3 persen pada 2016.
“Inflasi mulai turun dan memberikan ruang bagi Bank Indonesia mendorong pertumbuhan. Namun, volatilitas pada pasar keuangan dapat menahan langkah BI tersebut,” kata Kumar.
Richard menyatakan, ANZ meyakini suku bunga acuan The Fed akan dinaikkan pada Desember tahun ini. Gubernur The Fed Janet Yellen pada Rabu, menyatakan, Desember merupakan masa kemungkinan bagi kenaikan suku bunga The Fed. Sekitar 60 persen pialang di pasar keuangan AS meyakini hal itu dilakukan akhir tahun ini.
Ekonom Bank UOB Indonesia, Ho Woei Chen, secara terpisah menyatakan, kenaikan produk domestik bruto Indonesia pada triwulan III-2015 menjadi 4,73 persen secara tahunan, di bawah ekspektasi pasar yang sebesar 4,8 persen. Pelemahan ekspor menjadi penyebab kondisi itu. Suku bunga acuan atau BI Rate diperkirakan tetap pada bulan ini dan Desember 2015.
“Dengan pertumbuhan 4,71 persen pada tiga triwulan di 2015, kami mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini 4,8 persen, sebelum tumbuh ke 5,4 persen pada 2016,” kata Ho Woei. (BEN)
Kompas 06112015 Hal. 17

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Recent Posts

Comments are closed.