JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) bakal menyiapkan belanja modal ( capital expenditure/ capex) sebesar US$ 150 juta pada 2016. Capex tersebut meningkat dibandingkan alokasi tahun ini senilai US$ 135 juta.
Direktur Keuangan Risiko dan Teknologi Informasi Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan, alokasi belanja modal tersebut di luar dana pembelian pesawat. Sedangkan pembelian pesawat didanai melalui leasing.
“Kebutuhan capex akan diambil dari kas internal. Sedangkan penggunaannya sebagian besar untuk membiayai training dan service operations,” ungkap Askhara kepada Investor Daily di Jakarta, baru-baru ini.
Terkait penggunaan capex tahun ini, dia menjelaskan, baru terserap sebagian kecil. Sesuai rencana, sebagian besar belanja modal dianggarkan untuk biaya perawaran sebesar 40%, peningkatan pelayanan 30% dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebesar 30%.
Dia menamambahkan, Garuda Indonesia berniat melaksanakanreprofilingutang senilai US$ 800 juta hingga 2017. Tahun ini, perseroan telah melaksanakan reprofiling utang mencapai US$ 500 juta. Sedangkan reprofiling utang tahun depan diproyeksikan senilai US$ 500 juta dan sisanya pada 2017.
Askhara mengatakan, reprofiling utang dilaksanakan dengan cara mengubah tenor pinjaman jangka pendek menjadi jangka panjang. “Tahun depan, kami bakal mengkaji penerbitan global bond atau sukuk US$ 500 juta untuk membiayai reprofiling utang,” tuturnya.
Perseroan awalnya berkeinginan untuk melaksanakan reprofilingutang senilai US$ 350 juta tahun depan. Namun, perseroan melihat beberapa utang perlu untuk dibiayai kembali (refinancing). “Apabila global bond tidak mungkin dilakukan, perseroan akan mencari pinjaman term loanberjangka waktu 5 – 7 tahun,” ungkapnya.
Garuda Indonesia sebelumnya berencana untukmendatangkan 24 unit pesawat baru secara bertahap hingga 2017. Nilai investasinya sekitar US$ 1,85 miliar. Pesawat baru tersebut terdiri atas 11 unit Airbus A-330, sembilan unit pesawat ATR, tiga unit pesawat 777-300, dan satu unit 737-MAX. Dari jumlah tersebut, perseroan akan mendatangkan 15 unit pesawat baru yang telah dipesan sebelumnya pada 2015.
Askharamengatakan, pesawat baru tersebut akan didatangkan mulai Juni 2015 sampai Desember 2017. Sebanyak 80% sumber pendanaan pengadaan pesawat baru berasal dari operating lease, sedangkan 20% berasal dari financial lease. “Porsi pendanaan tersebut bisa berubah dalam periode tiga tahun itu, karena akan tergantung kondisi pasar dan internal perseroan,” jelas dia.
Adapun komitmen pengadaan pesawat baru ini di luar dari rencana pengadaan pesawat yang sebelumnya telah disepakati Garuda bersama Boeing Co dan Airbus Group SEA di perhelatan Paris Airshow, Le Bourguet, Paris pada Juni lalu.
Ketika itu, Garuda menandatangani kesepakatan awal untuk pengadaan 30 pesawat jenis 787-900 Dreamliners serta 30 pesawat jenis 737 MAX 8. Nilai kesepakatan pengadaan pesawat tersebut mencapai US$ 20miliar.
“Kesepakatan awal di Paris itu untuk pengadanaan pesawat hingga 2025. Kamimasih evaluasi untuk ke proses berikutnya. Pada akhirnya, kami hanya memilih salah satu kesepakatan saja, Boeing atau Airbus,” kata Askhara.
Sementara itu, Direktur Utama Garuda Indonesia Muhammad Arif Wibowo mengatakan, perseroan masih menghitung kebutuhan pengadaan pesawat dalam rentang waktu 10 hingga 12 tahun ke depan. Perseroan memper timbangkan faktor teknologi yang diadopsi serta kemudahaan dalam hal pendanaan. “Intinya, kami akanmemilih best option,” ujar dia.
Saat ini, lanjut Arif, Garuda telah memiliki 22 unit pesawat wide body, dan akan menambah sembilan peswat wide body di tahun depan. Perseroan menargetkan mampu memiliki 53 unit pesawat wide body pada 2025.
Investor Daily, Kamis 15 Oktober 2015, Hal. 14