JAKARTA – Direktur Utama PT Angkasa Pura (AP) II Tri S Sunoko mengatakan tidak ada batas waktu yang tertulis dalam kontrak pengelolaan Bandara Halim Perdanakusuma (Jakarta Timur) antara AP II dan pemerintah. Namun demikian, perusahaan pengelola bandara pelat merah tersebut akan menunggu keputusan pemerintah.
“Prinsipnya, kami menunggu keputusan dari pemerintah. Kalau kami diminta menyetop pengelolaan Halim, kami akan berhenti,” kata Tri saat di hubungi Investor Daily, Sabtu (19/10).
Tri juga mengaku, pihaknya belum menerima pernyataan resmi dari Grup Lion Air yang berencana mengembangkan danmengambil alih pengelolaan Bandara HalimPerdanakusuma. Sejauh ini, AP II juga masih me lakukan kegiatan pengelolaan bandara di tengah beredarnya kabar mengenai aksi korporasi Grup Lion yang kemungkinan menggeser peran AP II di Ban dara Halim.
“Dulu memang ada pembica raan informal denganGrup Lion, tapi masih bersifat tidak serius. Tapi intinya hingga saat ini AP II masih mengelola Halim, karena sesuai peraturan, pemerintah yang menunjuk kami sebagai operator Halim,” ujar dia.
Lebih lanjut, kataTri, pihaknya sudah mengeluarkan banyak in vestasi untuk pengembangan Halim sehingga harus ada pe ngembalian investasi, jika pe ngelolaan bandara diserahkan ke Grup Lion. “Investasi sudah pasti ada setiap tahunnya un tuk pengembangan Bandara Halim. Karena AP II adalah korporasi, jadi jelas harus ada perhitungannya nanti, berapa yang harus dikembalikan ke AP II,” ujar dia. Di sisi lain, kata Tri, tidak ter tutup kemungkinan bagi AP II untuk menerima tawaran kerja sama pengelolaan Bandara Halim.
“Yang penting mereka harus penuhi dulu semua aspek le gal. Karena berbicara pengem bangan dan pengelolaan ban dara, prinsipnya harus sesuai aturan yang berlaku,” kata dia.
Sebelumnya Lion Group be rencana mengembangkan Ban dara Halim Perdanakusuma Jakar ta untuk menambah kapasitas bandara tersebut hingga 12 juta penumpang per tahun. Direktur Umum Grup Lion Edward Sirait menuturkan, proyek itu akan dikerjakan anak perusahaan Grup Lion yakni PT Angkasa Transportindo Selaras (ATS) dengan menggandeng kontraktor pelat merah PT Adhi Karya Tbk.
“Pengembangan bandara meliputi perluasan terminal eksisting, pembangunan lan dasan pacu (runway) dan parkir pesawat (apron), serta perbaikan fasilitas,” ujar Edward. Langkah Gr up Lion dilatarbelakangi kondisi kapasitas Bandara Soe karno-Hatta yang diprediksi tidak mampu menampung per tumbuhan jumlah penumpang yang terjadi sejak 2004. Grup Lion melakukan penjajakan ke berbagai pihak terkait pemanfaatan Bandara Ha lim Perdanakusuma untuk menambah kapasitas pener bangan dari dan ke Jakarta
Bangun Monorel
Selain mengembangkan ban dara, Grup Lion bersama Adhi Kar ya akan membangun un derpass ke Halim (dari Cawang) dan monorel sepanjang 13 ki lometer dari Stasiun Dukuh Atas menuju Bandara Halim Perdanakusuma. Direktur Uta ma PT Adhi Kar ya Tbk Kis wodarmawanmenjelaskan, Ban dara Halim Perdanakusuma akan dibangun dengan tingkat kenyamanan, melebihi Bandara Soekarno-Hatta.
“Lebih dari itu, kami juga akan mendekatkan penumpang di dalam kota dengan bandara,” ujar Kiswo.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perkeretaapian Ke menterian Perhubungan (Ke menhub) Hermanto Dwiatmoko mengatakan, pihaknya belum menerima laporan dari Grup Lion terkait rencana mereka untuk membangun monorel.
“Belum ada laporan sama se kali dari Grup Lion, itu baru ide dari mereka yang dicetuskan ke media,” kata dia.
Hermanto menjelaskan, jika ingin membangun moda mo norel, Grup Lion harus mem buat detail engineering design proyek dan mengajukan ke pemerintah. Perizinan r ute monorel seperti yang sudah dicetuskan yakni Dukuh Atas – Halim Perdanakusuma, harus diajukan ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Investor Daily, Senin 20 Oktober 2014, hal. 25