JAKARTA – Pemerintah menyatakan aset Bandara Halim Perdanakusuma harus diperjelas, menyusul adanya rencana Lion Group mengembangkan dan mengambil alih pengelolaan bandara milik TNI Angkatan Udara tersebut.
Plt Direktur Jenderal Per hubungan Udara Kementerian Perhubungan Santoso EddyWi bowo mengatakan, Lion Group belum menjelaskan masalah kepemilikan aset dan kerja sama dengan pihak Inkopau terkait rencana pengembangan bandara milik TNI Angkatan Udara itu. Jika status aset masih belum jelas, Lion Group tidak bisa me langkah ke tahap selanjutnya untukmengembangkan bandara tersebut. “Kita cek dulu asetnya karena itu aset negara, harus diverifikasi secara jelas. Permasalahan aset ini nantinya akan berurusan dengan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN). Kalau Lion sudah bicara ada kerja sama dengan pihak-pihak lain untuk pembangunannya, ya memang bisa dilakukan secara bisnis. Tapi masalah aset ini harus dicek dulu di Ke menterian Keuangan,” tutr dia di Jakarta, Rabu (15/10). Setelah status kepemilikan aset ini jelas, sambungnya, Lion Group baru bisa maju ke tahap selanjutnya, seperti perumusan desain bandara sampai ke teknis pengaturan penerbangan. Lion juga bisa mengajukan perizinan untukmelakukan kerja sama de ngan PT Adhi Karya Tbk. Pengembangan Halim juga harus mempertimbangkan fak tor lainnya, seperti pembagian slot penerbangan dengan TNI AU, keselamatan penerbangan, dan pengaturan arus lalu lintas penerbangan di sana. “Kalau kami dari Kementerian Per hubungan mengimbau Lion harus dilihat penggunaan di sana (Halim), karena bandara ini memang basis militer. Di sana juga ada TNI AU, sekolah penerbangan dan penerbangan komersial maskapai Citilink. Kita juga tidak bisa lihat Lion as it self, tapi lihat semua aspek dan terutama pelayanan kepada masyarakat,” papar Santoso. Santoso juga mengatakan, slot penerbangan yang tersedia bagi maskapai komersial di Bandara Halimsangat sedikit. Belum lagi, penerbangan prioritas di Halim yakni penerbangan TNI AU dan VIP. Hal ini juga harus menjadi perhitungan bagi Lion Group. Di sisi lain, kata Santoso, Lion Group juga harus mem buat kesepakatan dengan PT Angkasa Pura II sebagai pe ngelola Halim saat ini. Apalagi, investasi yang dikeluarkan per usahaan operator bandara untuk mengembangkan Halim sudah cukup besar. “Selain itu, kan dulu perjan jiannya antara AP II dan TNI AU. Ada kesepakatan yang spesifik nantinya harus dipahami oleh Lion Group. (Kesepakatan ini) nanti akan seperti apa, jadi harus dibicarakan terlebih dahulu,” kata Santoso. Serahkan ke Pemerintah Secara terpisah, President & CEO Citilink Indonesia Arif Wibowo mengatakan, pihaknya akan menunggu keputusan pe merintah dan TNI AU mengenai pengelolaan Halim oleh Lion Group. Apalagi, Citilink yang beroperasi di bandara tersebut juga atas permintaan pemerintah, sedangkan maskapai lain tidak sanggup. “Tapi ini sudah berjalan. Kalau kelihatannya ada yang mau mengambil alih Halim, ya itu bukan porsi kami untuk mengatur,” ujarnya. Arif yang juga Ketua INACA mengatakan, Lion Group yang berniat mengembangkan dan mengelola Halim tidak melang gar. Namun begitu, proses untuk mengembangkan danmengelola haruslah telahmemenuhi syarat. Dia hanya mengingatkan Lion untuk memperhatikan segala aspek teknis penerbangan se bagai konsekuensi Halim yang bersifat military based. “Sudah ada amanat undangundang bahwa swasta boleh mengelola bandara. Tapi ini kan military airport based. Jadi ada hak TNI untuk mengatur (penerbangan), karena ini me nyangkut kepentingan nasional dan pertahanan nasional. Kalau Citilink dari awal kami sadar ini milik TNI AU dan kami cu ma menumpang. Karena ada kepentingan negara (TNI AU), kami hanya dapat slot sedikit, dan harus memprioritaskan penerbangan yang menyangkut pertahanan nasional,” papar dia. Sementara itu, Direktur Umum Lion Group Edward Si rait mengaku, pihaknya akan mengedepankan pembicaraan business to business (B to B) dengan Angkasa Pura II, serta operator pesawat carter dan ber jadwal yang saat ini beroperasi di Bandara Halim. Namun, Lion Group akan menentukan ben tuk dan arah kerja samanya. “Tidak menutup kemungkinan kerja sama tapi kami yang me nentukan,” tegasnya. Lion Group bekerja sama de ngan PT Adhi Karya Tbk akan mengembangkan Bandara Ha lim Perdanakusuma Jakarta un tukmenambah kapasitas hingga 12 juta penumpang per tahun. Pengembangan bandara senilai Rp 5 triliun ini akan dimulai No vember 2014 dan dijadwalkan selesai dalam sembilan bulan. Menurut Edward, pengem bangan Bandara Halim ini harus dilakukan, menyusul kapasitas Bandara Soekarno-Hatta Ceng kareng sudah tidak mampu menampung per tumbuhan jumlah penumpang yang ter jadi sejak 2004. Untuk itu, pihaknya melakukan penja jakan ke pihak-pihak terkait dalam memanfaatkan Bandara Halim Perdanakusuma untuk menambah kapasitas pener bangan dari dan ke Jakarta.
Investor Daily, Kamis, 16 Oktober 2014, hal. 6