MANADO, KOMPAS — Pelabuhan Peti Kemas Bitung, Sulawesi Utara, berfungsi sebagai pelabuhan impor sejak 1 Oktober. Akan tetapi, izin impor yang diterbitkan Menteri Perdagangan terbatas untuk tiga jenis barang, yaitu elektronik, makanan, dan pakaian jadi.General Manager PT Pelindo IV Bitung, Kalbar Yanto, di Bitung, Sabtu (4/10), mengatakan, izin impor itu melengkapi keberadaan Pelabuhan Bitung yang menjadi pelabuhan ekspor beberapa waktu lalu.
Ekspor barang dan komoditas dari Pelabuhan Bitung dilakukan PT Maersk Line, April lalu, dengan pelabuhan tujuan Tanjung Pelepas, Malaysia. ”Meski baru tiga jenis barang yang diizinkan impor, kami rasa cukup menjadikan Bitung sebagai pelabuhan ekspor-impor setara dengan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dan Tanjung Perak, Surabaya,” ujarnya.
Menurut Kalbar, di samping Tanjung Pelepas, sejumlah kapal ekspor juga membawa komoditas perkebunan dan perikanan langsung ke Davao (Filipina), Guangzhao (Tiongkok), dan Khaosiung (Taiwan).
Menurut dia, pelabuhan peti kemas Bitung dinilai terlalu sempit untuk bongkar muat barang dalam dan luar negeri. Daya tampung pelabuhan kontainer untuk sekali tumpuk hanya 3 hektar untuk muatan 2 hektar.
Kalbar mengatakan telah meminta izin untuk mereklamasi kolam pelabuhan guna dijadikan halaman kontainer seluas 2 hektar. Penambahan luas halaman kontainer menjadikan bongkar- muat lebih leluasa.
Pelabuhan Bitung merupakan pelabuhan penting untuk Indonesia timur sebagai bagian dari Pendulum Nusantara. Bitung dinilai berpotensi karena strategis sebagai pintu gerbang menuju negara Asia lain, seperti Tiongkok, Hongkong, Singapura, dan Malaysia.
Terkait ekspor, Kepala Dinas Perdagangan Sulawesi Utara Olvie Atteng mengatakan, Sulut sepanjang September mengekspor 414 ton tepung kelapa ke 12 negara dengan permintaan terbanyak dari Rusia yang mencapai 78 ton dengan devisa 177.028 dollar AS. Angka ini tertinggi dibandingkan 11 negara tujuan ekspor lain, di antaranya Jerman, Slovenia, Brasil, Inggris, Australia, dan Selandia Baru. (ZAL)
Kompas 06102014 Hal. 17
Ekspor barang dan komoditas dari Pelabuhan Bitung dilakukan PT Maersk Line, April lalu, dengan pelabuhan tujuan Tanjung Pelepas, Malaysia. ”Meski baru tiga jenis barang yang diizinkan impor, kami rasa cukup menjadikan Bitung sebagai pelabuhan ekspor-impor setara dengan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dan Tanjung Perak, Surabaya,” ujarnya.
Menurut Kalbar, di samping Tanjung Pelepas, sejumlah kapal ekspor juga membawa komoditas perkebunan dan perikanan langsung ke Davao (Filipina), Guangzhao (Tiongkok), dan Khaosiung (Taiwan).
Menurut dia, pelabuhan peti kemas Bitung dinilai terlalu sempit untuk bongkar muat barang dalam dan luar negeri. Daya tampung pelabuhan kontainer untuk sekali tumpuk hanya 3 hektar untuk muatan 2 hektar.
Kalbar mengatakan telah meminta izin untuk mereklamasi kolam pelabuhan guna dijadikan halaman kontainer seluas 2 hektar. Penambahan luas halaman kontainer menjadikan bongkar- muat lebih leluasa.
Pelabuhan Bitung merupakan pelabuhan penting untuk Indonesia timur sebagai bagian dari Pendulum Nusantara. Bitung dinilai berpotensi karena strategis sebagai pintu gerbang menuju negara Asia lain, seperti Tiongkok, Hongkong, Singapura, dan Malaysia.
Terkait ekspor, Kepala Dinas Perdagangan Sulawesi Utara Olvie Atteng mengatakan, Sulut sepanjang September mengekspor 414 ton tepung kelapa ke 12 negara dengan permintaan terbanyak dari Rusia yang mencapai 78 ton dengan devisa 177.028 dollar AS. Angka ini tertinggi dibandingkan 11 negara tujuan ekspor lain, di antaranya Jerman, Slovenia, Brasil, Inggris, Australia, dan Selandia Baru. (ZAL)
Kompas 06102014 Hal. 17