Tak Diminati domestik, Pemerintah Jual LNG Ke Pasar Spot Luar Negeri

JAKARTA – Pemerintah melalui PT Pertamina (Persero) tengah menawarkan sisa 11 kargo gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) ke pasar spot di luar negeri. Hal ini dilakukan karena tidak terserapnya LNG tersebut di pasar domestik.
Pelaksana Tugas Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha HuluMinyak dan Gas Bumi (SKK Migas) JohanesWidjonarko mengatakan pihaknya telah menawarkan sisa LNG ini kepada pembeli domestik namun tidak ada yang membutuhkan. Sementara di sisi lain, jika LNG terus disimpan akan membahayakan operasi migas karena potensi terjadinya ledakan makin besar.
Menurut dia, produksi LNG yang tidak terserap ini untuk periode bulan September-November. Dari sisa 11 kargo, pihak Pertamina disebutnya telah menjual 3 kargo ke pasar spot di mana salah satu pembelinya adalah Tokyo Gas. “Sekarang ini masih tersisa 8 kargo, ini harus segera dipasarkan. Tidak bisa disimpan terus demi alasan keamanan,” jelas dia di Jakarta, Kamis (2/10).
Widjonarko menampik adanya produksi LNG yang tidak terserap ini karena unit penampungan dan regasifikasi (floating storage and regasification unit/FSRU) Lampung tidak bisa menerima. Walaupun, diakuinya, pihak PT PGN (Persero) selaku operator FSRU belum mengabari kapan lagi meminta kiriman jatah LNG miliknya.
“Kemarin baru 1 kargo yang diserap, belum tahu lagi kapan dikirim, belum diminta. Kalau FSRU Lampung tidak bisa menyerap, ya dijual ke pasar spot. Itu lebih baik daripada disimpan terus meledak,” papar dia.
Direktur Perencanaan dan Manajemen Resiko PGN Wahid Sutopo membenarkan bahwa pihaknya baru menyerap LNG sebanyak 1 kargo. Saat ini, FSRU Lampung masih dalam tahap uji coba pengaliran gas (commissioning). “Jadi kami belum tahu kapan mengambil LNG lagi, kami menunggu sampai commissioning ini selesai,” kata dia.
Menurut dia, adanya sisa LNG yang tidak terserap ini juga karena membaiknya produksi migas di Blok Mahakam. “Normalnya, produksi blok ini memang turun. Namun ada usaha-usaha seperti perbaikan sumur sehingga produksi lebih tinggi dari target,” kata dia.
Sebelumnya, SKK Migas juga baru menjual sisa produksi LNG ke pasar spot. Sisa 11 kargo yang dijual kali ini adalah bagian dari sisa 18 kargo yang ditawarkan SKK Migas beberapa waktu lalu. Pada waktu itu, sebagian sisa produksi kargo telah dijual ke BP Trading dengan harga US$ 14,8 per juta british thermal unit (mmbtu).
Sisa kargo sebanyak 18 kargo ter­sebut yakni untuk periode 20142015. Kelebihan produksi LNG dise­ babkan adanya sejumlah kontrak eks­por ke Korea dan Jepang. Kontrak berakhir seiring berkurangnya produksi LNG.
Pada 2013, kontrak ekspor gas Badak-4 sebesar 2,3 juta ton per tahun ke Jepang telah berakhir. Berikutnya, kontrak ekspor Korea-2 sebesar 2 juta ton per tahun selesai pada Oktober tahun ini. Terakhir, kontrak ekspor ke Jepang sebesar 0,4 juta ton per tahun habis pada Desember 2015. Seluruh kontrak ini tidak ada yang diperpanjang.
Sementara untuk domestik, pemerintah telah mengalokasikan LNG sebanyak 91 kargo untuk 2014-2015. Pasokan ini untuk memenuhi kebutuhan seluruh fasilitas regasifikasi di Indonesia. Rincinya, FSRU Jawa Barat memperoleh 54 kargo, FSRU Lampung 19 kargo, Terminal Regasifikasi Arun 16 kargo, dan FSRU Banten 2 kargo.
Investor Daily, Jumat 3 Oktober 2014, hal. 9

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.