Wamenhub: Pelabuhan Cilamaya Tetap Dibangun

JAKARTA – Wakil Menteri Perhubungan (Wamenhub) Bambang Susantono memastikan pembangunan Pelabuhan Cilamaya, di Karawang, Jawa Barat, akan diteruskan meskipun beberapa pihak menyatakan keberatan. Saat ini, pemerintah sedang mencarikan solusi untuk permasalahan lokasi pelabuhan yang disebut mengganggu aktivitas produksi minyak dan gas (migas) PT Pertamina.
“Ini sedang dikaji lagi, akan di­geser ke mana? Untuk lokasi akan dicarikan yang tidak mengganggu pipa-pipamilik Per­ tamina. Sekaligus, yang harus diperhatikan adalah ak­sesibilitas menuju ke sana apakah sudah cukup. Karena ka­lau akan membangun pe­labuhan, harus lihat tata ruang apa sudah oke. Itu mulai dari in­frastruktur darat dan jalur kereta akan seperti apa?” kata Bam­bang di Jakarta, Selasa (9/9).
Menurut dia, kemungkinan lo­kasi proyek akan tetap ke arah timur Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta). Hal itu sesuai tujuan pembangunan pelabuhan baru tersebut, yaitu untuk meng­ akomodasi kebutuhan trans­ portasi laut di kawasan industri bagian timur Jakarta.
Pelabuhan Cilamaya di­ba­ ngun untuk menambah ke­ kuat­an Tanjung Priok seba­ gai pelabuhan utama di In­do­ nesia. “Tidak ada yang per­lu dikhawatirkan. Cilamaya itu justru didesain sebagai kom­ plemen (pelengkap) Tanjung Priok. Jadi, Priok dengan Ka­li­ ba­runya akan diberikan waktu un­tuk berkembang sampai ta­ hap ter tentu, baru setelah itu Cilamaya bisa berproses,” papar dia.
Guna memaksimalkan uti­ li­tas Priok, pemerintah akan men­dukung pihak Pelindo II untuk mengelola akses menuju Pe­labuhan Kalibaru. Hal itu meng­ingat permasalahan di Priok adalah akses.
“Kalau untuk Kalibaru nanti kan kami bicara akses yang le­wat Marunda. Ada tol di atas laut itu yang desainnya akan dimatangkan, ketimbang kita pa­kai jalur yang sekarang. Ma­ kanya ada pemikiran tol antara Ci­bitung-Priok itu nanti Pelindo II yang masuk ke situ. Itu agar me­reka punya privilege juga untuk membuat akses menuju Ka­libaru,” jelas dia.
Bambang juga menuturkan tu­juan pembangunan Pelabuhan Cilamaya untuk memenuhi ke­ bu­tuhan masyarakat Indonesia. Pe­labuhan ini nantinya bisa me­nampung kapal-kapal ber­ ka­pasitas besar, sehingga pe­ ngiriman barang lebih efisien dan biaya logistik berkurang.
“Pembangunan pelabuhan ini bukan pesanan Jepang, ti­dak ada kepentingan politis di sini. Pembangunan Cilamaya, ka­mi lihat dari sisi akan ada per­ kembangan industri di sebelah timur Jabodetabek yang harus difasilitasi. Tidak mungkin se­ mua harus masuk ke Jakarta,” ujar Bambang.
Sementara, Direktur Per­hu­ bungan Laut Kemenhub Bob­ by R Mamahit mengatakan, kemungkinan pergeseran lo­kasi pembangunan Pelabuhan Ci­ lamaya tidak akan terlalu jauh dari tempat semula. Hal ini di­ sebabkan kawasan industri di sekitar Cilamaya yang tumbuh sa­ngat pesat, membutuhkan in­frastruktur pelabuhan yang besar.
Sampai sekarang ini, lanjut dia, proses pembangunanmasih on the track. Lokasi Pelabuhan Cilamaya juga tidak berpindah melainkan bergeser sedikit.
“Tidak akan jauh bergeser karena pelabuhan ini memang untuk back up Cikarang juga. Me­nurut konsultan independen, 40% barang yang masuk ke Priok itu berasal kawasan in­dustri di Cikarang. Ini potensi un­tuk Cilamaya. Mungkin nan­ti alur pelayaran saja yang ber­geser sekitar 3.000 meter dari anjungan pantai supaya clear (un­tuk pro­ duksi migas),” papar Bobby.
Jembatan Laut
Pada bagian lain, Kementerian Per­hubungan (Kemenhub) akan melakukan studi kela­ yak­an (feasibility study/FS) pembangunan jembatan laut mulai awal 2015. Bambang Su­ santono mengatakan, konsep jem­batan laut dicetuskan Men­ teri Koordinator Bidang Per­ ekonomian Chairul Tanjung sa­at meninjau pelabuhan pe­ nyeberangan di Pulau Jawa. Jembatan laut adalah kon­ sep penguatan jalur kapal penyeberangan (feri) yang menghubungkan Jawa dan Su­ matera.
“Itu lebih kepada penguatan feri penyeberangan, bukan jem­ batan fisik. Feri itu kan jem­ batan bergerak. Kemenhub di­tugaskan mengadakan studi kom­prehensif pada 2015 untuk melihat bagaimana sesegera mungkin pengembangan Pe­ la­buhan Merak dan Bakauheni dalam jangka pendek, kemudian jang­ka menengah, sebelum ada­nya Jembatan Selat Sun­ da,” kata
Bambang dalam aca­ra peluncuran Center for Sustainable Infrastructure Developmentdi Jakarta, kemarin. Bambang juga menjelaskan, proses studi kelayakan akan di­ percepat dari setahun menjadi enam bulan, karena konsep jembatan laut ini harus segera diimplementasikan. Penguatan pe­labuhan penyeberangan juga akanmendukung konsep tol laut yang diusung presiden terpilih Joko Widodo.
“Ini berbeda dengan tol laut. Ka­lau tol laut yang ide Pak Jo­kowi itu untuk menambah ka­pasitas pelayaran di perairan Indonesia yang terhubung se­ cara multimoda dengan yang lain. Nah yang lain itu bisa fe­ri penyeberangan dan kapal-ka­ pal lain di pelabuhan. Konsep jembatan laut atau penguatan penyeberangan ini akanmenjadi ba­gian yangmendukung tol laut. Karena nanti ada perpaduan dari jalur utama, pengumpan, dan pengumpul, termasuk di da­lamnya feri penyeberangan,” kata Bambang.
Sementara, Menteri Ko­or­ dinator Bidang Per­eko­no­ mian Chair ul Tanjung me­ ngatakan, penguatan infras­ truk­tur pelabuhan juga akan mem­perkuat konektivitas di Indonesia. Dengan adanya in­ fras­truktur yang kuat, kata dia, dis­paritas antarwilayah akan berkurang.
“Kami serahkan ke pe­me­ rintahan baru, tapi sambil m­e­ nunggu proses yang panjang, kami sudah minta Kemenhub untuk membuat jembatan laut. Kon­sep ini artinya Pelabuhan Merak dan Bakauheni akan di­perbarui dan diperbesar. Ka­ pal bisa banyak yang masuk, su­paya lalu lintas khususnya barang lancar dan biaya logistik akan lebih efisien. Ini juga akan memperkuat konektivitas Jawa dan Sumatera,” papar dia.
Investor Daily, 10 September 2014, hal. 6

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.