Utamakan Migas, KADIN Tak Setuju Pembangunan Pelabuhan Cilamaya

JAKARTA – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto menegaskan tidak setuju dengan rencana pembangunan PelabuhanCilamayadi Karawang, Jawa Barat. Masalahnya, proyek tersebut harusmenutup sebagian sumur minyak dan gas Blok Offshore North West Java (ONWJ), hanya demi melayani industri tertentu di kawasan itu.
“Saya tidak setuju jika dampaknya harus menutup sumur migas ONWJ. Pembangunan pelabuhan kan bisa diatur, sehingga tidak perlu menggangu produksi minyak,” tandas Suryo, Senin (8/9).
Menurutnya, sektor minyak dan gas merupakan sektor yang sangat penting. Terlebih blok tersebut merupakan penghasil minyak nomor 4 nasional dengan 4.200 barel per hari dan ketujuh untuk produksi gas. Tidak boleh ditutup hanya demi melayani produsen otomotif.
Menurut Sur yo, sebaiknya pelabuhan itu dipindahkan ke tempat lain. Karena jelas dengan penutupan produksi blok tersebut, maka migas dan cadangannya yang sudah ditemukan di sana tidak bisa diproduksi dan dimanfaatkan.
Jika pemerintah menggunakan perencanaan yang baik dan melihat kembali tata ruang wilayah itu, terlebih blok tersebut sudah berproduksi sejak 1971, maka tidak akan terjadi kekisruhan seperti saat ini. “Saya kira, dengan perencanaan yang baik, tidak akan mengganggu sumur migas Pertamina,” tegasnya.
Senada dengan Suryo, Poltak Sitanggang, Ketua Komite Tetap Energi dan Pertambangan Kadin Indonesia menegaskan, jika sampai produksi ONWJ ditutup, maka itu sebagai kejahatan konstitusional terstruktur, konstruktif, dan merugikan rakyat serta bangsa.
Menurut Poltak, yang namanya melambung sebagai salah satu kandidat di bursa menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) itu, penutupan blok tersebut dipastikan akan menambah kuota impor minyak Indonesia.
Menurut Poltak, yangmenjadi persoalan sebenarnya bukan hanya membangun pelabuhan yang akan menghentikan produksi minyak dan gas di Cilamaya, tetapi ada upaya terstruktur membuat negeri ini menjadi importir minyak.
Indonesia mempunyai cadangan migas, tapi dibuat tidak memproduksi agar tetap menjadi importir abadi minyak.
Yang paling ironis dan pa­ling jahat, tandas Poltak, adalah penutupan Blok ONWJ demi membangun pelabuhan dan melayani industri, terutama otomotif. “Kita sudah punya produksi dan sumur, bukannya ditingkatkan malah mau distop. Jika kemudian kebutuhan dalam negeri tidak terpenuhi, teriak-teriak. Ini kejahatan mafia terstruktur. Tidak ada alasan untuk menutup ONWJ, karena amanat Pasal 33 UUD, bahwa bumi dan air yang terkandung di dalamnya dikuasai negara, digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat,” ujarnya.(es)
Investor Daily, Selasa 9 September 2014, hal. 9

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.