JAKARTA – PT Darma Henwa Tbk (DEWA) berencana mengakuisisi operator pelabuhan tahun ini. Akuisisi tersebut merupakan upaya perseroan untuk menjadi perusahaan jasa pertambangan yang terintegrasi ( integrated mining services ).
Anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tersebut tengah membidik operator pelabuhan di Kalimantan Timur. Nantinya, perusahaan tersebut dapat terintegrasi dengan lokasi tambang batubara di Kalimantan Timur.
“Saat ini masih dalam penjajakan. Proses akuisisi rencananya akan dituntaskan tahun ini,” kata Direktur Utama Darma Henwa Wachjudi Martono kepada Investor Dailydi Jakarta, Kamis (21/8).
Dia menegaskan, proses audit terhadap laporan keuangan perseroan dan perusahaan yang menjadi target akuisisi masih ber jalan. Selain itu, proses pengajuan rencana akuisisi operator pelabuhanmasih berlangsung di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
MenurutWachjudi, akuisisi tersebutmerupakan bagian dari rencana perseroan untuk mengembangkan bisnis non-inti (non-core business). Selain itu, perseroan juga akan mengembangkan bisnis inti di bi dang konstruksi pertambangan. “Darma Henwa akan ekspansi ke sektor mineral,” jelas dia.
Lebih lanjut dia mengungkap kan, pasar pertambangan di Indonesia masih sangat besar. Pertambangan sumber daya alam (SDA) bahkan menjadi salah satu yang terbesar untuk negara. Karena itu, perseroan akan terus mengembangkan sektor usaha pertambangan.
Nantinya, perseroan akan menjadi kontraktor di pertambangan timah hitamdan seng. Pada pertengahan tahun ini, perseroan sudah mendapatkan kontrak untuk per tambangan mineral tersebut.
Saat ini, Bumi Resources yang merupakan induk usaha perseroan memiliki saham PT Dairi Prima Mineral (DPM), perusahaan pemegang konsesi pertambangan timah hitam dan seng di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Bumi Resources melalui PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menguasai 80% saham DPM. Sisanya 20% saham dimiliki oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Kinerja Keuangan
Hingga Mei tahun ini, Darma Henwa membukukan penurunan pendapatan sebesar 5% menjadi US$ 95 juta dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar US$ 99,8 juta. Penurunan tersebut akibat penurunan volume produksi batubara menyusul melemahnya aktivitas pertambangan.
Total pengupasan tanah per tambangan (overburden removal) perseroan hingga Mei 2014 turun menjadi sebesar 24,4 juta bcm dibandingkan periode sama tahun lalu 28,4 juta bcm. Sedang kan batubara yang dihasilkan oleh perseroan hingga Mei tahun ini sebesar 4,7 juta metrik ton (MT), meningkat dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 3,9 juta MT.
Sebelumnya, Darma Henwa meraih kontrak sebesar US$ 31,8 juta atau setara Rp 378 miliar dari PT Dire Pratama. Pengerjaan kontrak tersebut akan berlangsung selama lima tahun. Direktur Darma Henwa The kepat Gopal Sridhar pernah me ngatakan, perseroanmendapatkan subkontrak terkait jasa pertambangan yang terdapat dalam kontrak Bengalon Coal Handling Services. Sebelumnya, Dire dan PT Kaltim Prima Coal (KPC) menandatangani kontrak Be ngalon Coal Handling Services pada 10 April 2014. “Kontrak yang didapatkan perseroanmencakup jasa operasional dan perawatan fasilitas coal handling,” jelas Thekepat. Lebih lanjut dia menjelaskan, fasilitas coal handling meliputi crusher, reclaimer, conveyor, dan jetty facilities. Selain itu, perseroan juga bakal menyuplai dan menyediakan peralatan, jasa, dan tenaga kerja yang berkaitan dengan coal handling services. Sebelumnya, pada April 2014, Darma Henwa meraih kontrak senilai US$ 141 juta sebagai bagian dari proyek rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering, procurement, and constructions/EPC) antara PT Dairi Prima Mineral (DPM) dan China Nonferrous Metal Industry’s Foreign Engineering and Constructions Co Ltd (NFC).
Investor Daily, Jumat 22 Agustus 2014, hal. 9