JAKARTA, KOMPAS — Tiga bank milik pemerintah, yakni Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Negara Indonesia, bekerja sama. Kerja sama dalam transaksi pembayaran nontunai tersebut melalui penggunaan mesin pemindai data elektronik tunggal.Kerja sama diharapkan bisa meningkatkan efisiensi transaksi dan biaya operasional, baik yang harus ditanggung bank, nasabah, maupun gerai atau toko yang bekerja sama dengan tiga bank badan usaha milik negara itu.
Direktur Consumer and Retail BNI Darmadi Sutanto, Direktur Consumer Banking BRI A Toni Soetirto, serta Direktur Micro and Retail Banking Bank Mandiri Hery Gunardi menandatangani kerja sama tersebut di Jakarta, kemarin.
Aplikasi kerja sama di lapangan berupa penggunaan mesin pemindai data elektronik (electronic data capture/EDC) tunggal yang bisa melayani nasabah ketiga bank. Mesin EDC tunggal bernama EDC Link itu melayani kartu debit, kartu kredit, dan kartu prabayar yang diterbitkan Bank Mandiri, BNI, dan BRI.
”Jika dulu di dalam toko ada tiga mesin EDC yang berjajar, yakni masing-masing untuk melayani transaksi pembayaran dari nasabah BNI, BRI, dan Mandiri, sekarang tidak perlu lagi. Dengan kerja sama ini, mesin EDC cukup satu, yakni EDC Link yang bisa dipakai nasabah ketiga bank,” kata Rahmat Broto Triaji, Group Head Electronic Banking Bank Mandiri.
Berdasarkan data Bank Indonesia tahun 2013, ada sekitar 614.000 mesin EDC yang dioperasikan di Indonesia. Dari jumlah itu, setengahnya milik Mandiri, BRI, dan BNI. Perinciannya, 64.839 milik BNI, 35.000 milik BRI, dan 210.000 milik Bank Mandiri.
Pada periode yang sama, ketiga bank tersebut menguasai sekitar setengah jumlah kartu debit, kartu kredit, dan kartu prabayar di pasar Indonesia. Dari total 94 juta kartu yang beredar, BNI memiliki 12 juta kartu, BRI punya 20 juta kartu, dan 18 juta kartu diterbitkan Bank Mandiri.
Perluas penetrasiMesin tunggal EDC Link ini menguntungkan bank karena mengurangi biaya penyediaan mesin dan memperluas penetrasi pasar perbankan.
”Mesin EDC BNI yang tidak terpakai karena sudah ada EDC Link bisa ditarik dan dipasangi peranti lunak baru untuk disebar ke daerah. Hal ini bisa memperluas penetrasi pasar dan mendorong pembayaran nontunai di daerah,” kata General Manager Product Management Division BNI Dodit W Probojakti.
Bank nyaris tak berinvestasi dalam menerapkan EDC Link.
”Investasi hampir tidak ada. Masa uji coba mungkin enam bulan. Kami harapkan EDC tunggal ini bisa menaikkan volume transaksi,” ujar General Manager Credit Card Division BRI Mohamad Helmi.
Pada tahap awal, ketiga bank itu bekerja sama dengan 10 gerai besar dalam penggunaan EDC tunggal.(RED)
Kompas 19082014 Hal. 20
Direktur Consumer and Retail BNI Darmadi Sutanto, Direktur Consumer Banking BRI A Toni Soetirto, serta Direktur Micro and Retail Banking Bank Mandiri Hery Gunardi menandatangani kerja sama tersebut di Jakarta, kemarin.
Aplikasi kerja sama di lapangan berupa penggunaan mesin pemindai data elektronik (electronic data capture/EDC) tunggal yang bisa melayani nasabah ketiga bank. Mesin EDC tunggal bernama EDC Link itu melayani kartu debit, kartu kredit, dan kartu prabayar yang diterbitkan Bank Mandiri, BNI, dan BRI.
”Jika dulu di dalam toko ada tiga mesin EDC yang berjajar, yakni masing-masing untuk melayani transaksi pembayaran dari nasabah BNI, BRI, dan Mandiri, sekarang tidak perlu lagi. Dengan kerja sama ini, mesin EDC cukup satu, yakni EDC Link yang bisa dipakai nasabah ketiga bank,” kata Rahmat Broto Triaji, Group Head Electronic Banking Bank Mandiri.
Berdasarkan data Bank Indonesia tahun 2013, ada sekitar 614.000 mesin EDC yang dioperasikan di Indonesia. Dari jumlah itu, setengahnya milik Mandiri, BRI, dan BNI. Perinciannya, 64.839 milik BNI, 35.000 milik BRI, dan 210.000 milik Bank Mandiri.
Pada periode yang sama, ketiga bank tersebut menguasai sekitar setengah jumlah kartu debit, kartu kredit, dan kartu prabayar di pasar Indonesia. Dari total 94 juta kartu yang beredar, BNI memiliki 12 juta kartu, BRI punya 20 juta kartu, dan 18 juta kartu diterbitkan Bank Mandiri.
Perluas penetrasiMesin tunggal EDC Link ini menguntungkan bank karena mengurangi biaya penyediaan mesin dan memperluas penetrasi pasar perbankan.
”Mesin EDC BNI yang tidak terpakai karena sudah ada EDC Link bisa ditarik dan dipasangi peranti lunak baru untuk disebar ke daerah. Hal ini bisa memperluas penetrasi pasar dan mendorong pembayaran nontunai di daerah,” kata General Manager Product Management Division BNI Dodit W Probojakti.
Bank nyaris tak berinvestasi dalam menerapkan EDC Link.
”Investasi hampir tidak ada. Masa uji coba mungkin enam bulan. Kami harapkan EDC tunggal ini bisa menaikkan volume transaksi,” ujar General Manager Credit Card Division BRI Mohamad Helmi.
Pada tahap awal, ketiga bank itu bekerja sama dengan 10 gerai besar dalam penggunaan EDC tunggal.(RED)
Kompas 19082014 Hal. 20