Pinjaman Jepang untuk Proyek Infrastruktur US$2,06 Milyar

JAKARTA – Pemerintah Je­ pang memberikan bantuan pem­ biayaan pembangunan untuk 20 proyek infrastruktur se­nilai total US$ 2,06 miliar me­lalui Japan International Cooperation Agency (JICA). Ada­pun realisasi pinjamandari negeri Tirai Bambu itu sudah men­capai 64,11%, atau sekitar US$ 1,320 miliar hingga akhir se­mester I-2014. Adapun target penyerapan hingga akhir tahun sebesar 86,41% atau sekitar US$ 1,78 miliar.
Kepala Bagian Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pe­ ker­jaan Umum Zevi Azzaino meng­ungkapkan, pinjaman dari Pe­merintah Jepang ini tertinggi di­bandingkan dengan negara dan lembaga luar negeri yang mem­berikan pinjaman untuk pem­bangunan sejumlah proyek infrastruktur di Indonesia.
“Jumlahnya terbesar ka­ rena memang proyek yang di­ biayainya juga terbanyak,” ujar dia di Jakarta, belum lama ini.
Porsi dari JICA ini mencapai 37,84% dari total nilai pinjaman luar negeri sesuai kesepakatan yang ditandatangai pemerintah In­donesia dan masuk dalam pagu anggaran Kementerian Pe­kerjaan Umum. Nilai total pin­jaman luar negeri pada tahun ini sebesar US$ 5,44miliar untuk 56 proyek infrastruktur.
Dia melanjutkan, porsi pin­ jaman terbesar selanjutnya ber­asal dari lembaga pem­ bia­yaan International Bank for Reconstruction and Deve­ lop­ment (IBRD) sebesar US$ 1,21 miliar untuk 10 proyek. Lem­baga pembiayaan ini ber­ kontribusi sebesar 26,10% dari to­tal pinjaman luar negeri.
Selanjutnya dari Asian De­ velopment Bank (ADB) sebesar US$ 560,57 juta, atau sekitar 10,29% dari total pinjaman untuk de­lapan proyek, dan diikuti oleh IslamicDevelopment Bank (IDB) sebesarUS$ 429 juta (7,88%), juga untuk delapan proyek.
“Pinjaman dari Tiongkok se­besar US$ 399,70 juta un­tuk empat proyek (7,34%), pe­me­ rintah Australia sebesar US$ 280,91 juta (5,16%), Pemerintah Ko­rea sekitar US$ 158 juta (2,90%), dan Pemerintah Jerman US$ 101,97 juta (1,87%), dan ter­ akhir dari Spanyol sebesar US$ 33,80 juta (0,26%),” papar dia.
Menurut Zevi, progres pe­ nyerapan dana luar negeri itu hingga semester I-2014 ini antara lain di Ditjen Sumber Daya Air men­capai US$ 831,32 juta, atau 52,43% dari total alokasi dana. Adapun di Ditjen Bina Marga se­besar US$ 776,26 miliar atau 40,20% dari US$ 1,93 miliar, sedangkan di Ditjen Cipta Karya men­capai US$ 1,04 miliar atau 54,12% dari US$ 1,93 miliar.
“Hingga akhir tahun tidak se­luruhnya terserap. Biasanya yang terserap sekitar 75-80%, ka­rena ada proses administrasi yang mesti dijalani,” ujar dia.
Kepala Pusat Komunikasi Ke­menterian Pekerjaan Umum Djo­ko Mursito mengatakan, da­lam lima tahun terakhir nilai pinjaman luar negeri ji­ ka dibandingkan dengan pa­ gu anggaran kementerian se­ lalu berkurang tiap tahun. Pa­ da 2010, dana pinjaman luar negeri sebesar Rp 9,046 tri­ liun, atau 23,95% dari daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA), lalu tur un menjadi sekitar Rp 7,74 triliun pada 2011, 13,60% dari DIPA, dan pada 2012 nilainya menjadi Rp 8,98 triliun, tapi itu hanya 10,7% dari total DIPA 2012.
“Selanjutnya, rasio pinjaman luar negeri dengan DIPA 2013 turun menjadi 9,84%, yakni Rp 8,18 triliun. Lalu pada tahun ini rasionya turun menjadi 8,58% dari pagu anggaran 2014 Rp 84,22 triliun,” ujar dia. (ean)
Investor Daily, Senin 11 Agustus 2014, hal. 6

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.