JAKARTA, KOMPAS — Salah satu cita-cita pembentukan holding atau gabungan perusahaan pelat merah di rumpun pangan ialah menyokong kesejahteraan petani melalui penguatan daya saing produk pertanian dalam negeri. Daya saing produk dan kesejahteraan petani diharapkan meningkat seiring dengan kian efisiennya proses produksi, pengolahan, hingga distribusi.
PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI menjadi calon induk badan usaha milik negara (BUMN) di rumpun (kluster) pangan. Calon anggotanya terdiri dari PT Berdikari (Persero), Perum Perikanan Indonesia (Perindo), PT Perikanan Nusantara (Perinus), PT Pertani (Persero), PT Sang Hyang Sri (Persero), PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) atau BGR Logistics, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) atau PPI, dan PT Garam (Persero).
Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) Arief Prasetyo Adi saat telekonferensi pers, Kamis (29/4/2021), mengatakan, penyatuan BUMN pangan tersebut akan mengefisiensikan produksi, pengolahan, dan logistik produk pertanian. Kehadirannya diharapkan berperan meningkatkan kesejahteraan petani. ”Indikatornya NTP (nilai tukar petani),” katanya.
Menurut Arief, efisiensi produksi diperoleh dari peningkatan produktivitas lahan yang berpotensi menghemat ongkos tanam. Selain itu, anak perusahaan diarahkan menguatkan pasar komersial bagi produk pertanian tersebut. Harapannya, induk BUMN pangan bisa mendapatkan untung dari pasar komersial dan tak hanya bergantung pada permintaan dari penugasan pemerintah.
Baca juga : BUMN Pangan Sokong Ketahanan
Rampung triwulan III
Dalam kesempatan yang sama, Arief menyampaikan, pihaknya telah membentuk project management officer (PMO) untuk mengakselerasi proses penyatuan. Ada tujuh lini PMO yang terdiri dari portofolio serta pengembangan dan integrasi bisnis; pembiayaan, keuangan, dan investasi; sumber daya manusia, organisasi, dan budaya; optimalisasi aset; manajemen rantai pasok dan teknologi informasi; hukum, tata kelola korporasi (good corporate governance), audit internal, dan manajemen risiko; serta transformasi dan strategi holding.
Proses penggabungan perusahaan diharapkan rampung pada triwulan III-2021. Menurut rencana, pendanaan proses penyatuan korporasi mengandalkan aset gabungan yang totalnya berkisar Rp 28 triliun. Dalam proses penyatuan, ada sejumlah perusahaan yang berpasangan karena model bisnisnya mirip, seperti Sang Hyang Sri dan Pertani, Perinus dan Perindo, serta PPI dan BGR.
Direktur Utama PT Sang Hyang Sri (Persero) Karyawan Gunarso mengatakan, ada empat komoditas yang akan menjadi fokus dalam lini bisnis bersama PT Pertani (Persero), yakni beras, jagung, cabai, dan bawang. Di hilir, kedua perusahaan akan menghasilkan produk premium, termasuk benih. Dia berharap, penggabungan ini berdampak pada efisiensi rantai pangan sehingga produk pertanian yang ditawarkan berdaya saing dan terjaga kualitasnya.
Bersama dengan Perinus, Direktur Utama Perum Perikanan Indonesia Fatah Setiawan Topobroto menuturkan, gabungan kedua perusahaan akan fokus pada pengumpulan, penyerapan, produksi, dan perdagangan produk-produk perikanan. Keduanya juga akan mengelola infrastruktur yang menunjang produksi perikanan.
Baca juga : BUMN Pangan Dibentuk untuk Perkuat Pengolahan
Direktur Utama PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) Nina Sulistyowati mengatakan, PPI dan BGR Logistics akan menyokong rantai bisnis pangan, baik di sektor pertanian, perikanan, maupun peternakan. Kedua perusahaan juga akan mendukung pemasaran produk dalam perdagangan dalam negeri, antarpulau, hingga ekspor.
Saat ini, Direktur Utama PT BGR Logistics (Persero) Kuncoro Wibowo mengatakan, perusahaan telah menginisiasi penerapan teknologi digital. Salah satu wujudnya ialah sistem pergudangan cerdas yang membuat korporasi dapat mengontrol dan memantau pergerakan barang dalam gudang serta menelusuri dan melacak pergerakan di luar gudang. Pemantauan itu terhimpun dalam data dan pelaporan oleh sistem yang sama.
KOMPAS, Jum’at 30042021 Halaman 9.